Udah lulus? Udah kerja? Udah nikah? Anaknya berapa? Pasangannya mana? Kamu gendutan? Kamu kurusan? Dan pertanyaan sejenis lainnya sering kali muncul ketika bertemu dengan seseorang atau teman yang ceritanya lama tak bertemu. Pertanyaan yang maksud dasarnya adalah menanyakan kabar yang bersangkutan.
Entah kapan awal mula berubahnya pertanyaan “apa kabar?”
menjadi pertanyaan berbentuk direct
ini. Yang menurutku, hanya agar tidak mainstream
ketika bertanya kabar menggunakan pertanyaan “apa kabar?” kemudian diganti
dengan “udah nikah?”, “udah lulus?”, “Kamu gendutan?” dan lainnya. Tanpa
disadari juga, pertanyaan yang dicoba agar tidak mainstream justru menyakiti atau menyinggung orang yang bersangkutan.
Mengapa kita tidak menggunakan pertanyaan “apa
kabar?” saja. Pertanyaan ini memberikan kebebasan yang bersangkutan untuk
menjawab. Bahkan, sesungguhnya dari pertanyaan “apa kabar” yang notabene
bermakna bebas ini sudahlah masuk ke dalam hati lawan bicara kita jika
ditanyakan dengan penuh ketulusan.
sumber gambar : http://reunionfamily.com/clients/6/6c/6c58f7de0247188f02debbcda007d80b/acnowledgment.jpg
0 Komentar