Jumat adalah hari yang sudah saya sepakati dengan
diri sendiri untuk mem-publish artikel di blog ini dengan konten yang
bertemakan spiritualitas atau religiusitas. Dalam hal ini, saya mengikuti agama
saya, yaitu agama Islam. Meski begitu, saya tidak akan membahas sesuatu yang
sangat spesifik dalam artian hanya bisa diterapkan oleh umat islam saja.
Konten spiritualitas dan religiusitas yang saya
tulis ini juga bisa diterapkan oleh umat beragama lainnya. Saya mengajak
teman-teman sekalian untuk menggunakan persepsi yang lebih umum. Ketika kita,
umat beragama menyebut Tuhan. Maka Tuhan dengan nama yang kita kenal itulah
yang muncul dalam otak kita.
Prolog kali ini sepertinya cukup membingungkan.
Bahkan bagi penulisnya sendiri. Semoga tidak membawa multi tafsir yang
mengakibatkan salah paham.
“Tapi karena udah teratur, cukup garis yang mengatur mereka. Udah selesai.” Kalimat ini adalah
sepotong kalimat dari kajian Ust. Hanan Attaki yang saya dapatkan dari youtube.
Memang mengambil sesuatu hanya sepotong-sepotong itu tidak baik. Tapi saya
cenderung menemukan pemahaman-pemahaman baru untuk hidup saya sendiri dengan
menemukan kalimat-kalimat atau cuplikan kecil dari video.
Kalimat yang saya garis tebal itu, membawa saya pada
pemahaman “Harusnya seperti itu juga umat islam. Cukup Allah yang mengatur
kita. Mengatur hidup kita. Menjadikan hidup kita lebih teratur.”
Benar juga bahwa kita ini hidup bermasyarakat,
bernegara. Yang juga muncul aturan-aturan lainnya. Meski begitu, menjadikan
aturan mana yang menjadi landasan untuk menjalani aturan lainnya akan membantu
kita dalam menjalani aturan yang banyak tadi. Dalam hal ini, tentu jawabannya
sudah jelas tetapi sering kita lupakan bahkan kadang tidak kita akui. Itu
adalah aturan Allah.
Saya juga belum menjadi orang itu. Yang menjadikan
aturan Allah sebagai landasan awal dalam hidup dan menjalani aturan-aturan
lainnya. Saya masih banyak lupa. Menulis ini juga sebagai bentuk saya
mengingatkan diri sendiri. Jika ada yang membaca tulisan ini dan orang yang
membaca teringat kembali atau menemukan jalan kembali pada Tuhannya. Maka itu
adalah doa saya setelah mendoakan diri sendiri agar segera kembali pada
kehidupan damai bersama Tuhan saya.
Kita semua adalah orang-orang yang diakui atau tidak, sadar atau tidak sedang berjalan di jalan yang membawa kita pada sebuah pertemuan. Dengan Tuhan. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dalam perjalanan itu. Berjalan kaki. Naik mobil. Ada yang terluka kah kita dalam perjalanan itu? Bersama siapakah kita dalam perjalanan itu?
Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh diri sendiri
dan juga hanya bisa diakui oleh diri sendiri. Semoga kita semua menggunakan
cara yang baik dalam perjalanan itu. Cara Tuhan. Aturan Tuhan. Aturan
Allah.
0 Komentar