Ada yang berbicara tentang gua. Berbicara tentang batasan. Tentang dunianya. Kesendirian. Tak tersentuh. Lebih tepatnya tak ingin disentuh. Risih. Tak nyaman. Tak suka.

Lalu ada yang berbicara tentang istana. Apartemen. Rumah dengan udara yang segar. Orang yang nyaman bersama orang lain. Juga tentang imajinasi kenyamanan.


Dia yang berbicara itu. Kini berada di ujung pintu gua. Beberapa kali berjalan keluar. Menghirup udara hangat. Menyapa matahari. Tapi beberapa kali juga terlihat ingin kembali. Kemudian melangkah kembali.

Di hari selanjutnya kembali menyadari jika ia harus keluar. Berada di pintu gua. Berjalan. Sama seperti sebelumnya. masih terlihat ingin kembali. Lalu kembali lagi. Dan terus berulang.


Kabar buruknya urusan ini menjadi berulang tentang keluar dari gua dan kembali ke gua.

Kabar baiknya urusan ini menjadi berulang tentang pergi dari gua dan terus berjuang memperpanjang jarak antara pintu gua dengan pijakan kakinya berdiri. Memperpendek jarak pintu istana itu dengan tempatnya berdiri sekarang



Yogyakarta, 27 Juli 2017



sumber gambar : http://www.bicycle-adventures.com/image-files/gua-tempurung-018.jpg