Hari kemarin. 7 Januari 2018. Adalah hari yang bahagia (mungkin) untuk temanku. Hanya Tuhan, dia, dan hatinya yang tahu kebenaran tentang bahagia itu.

Lagipula bukan tentang itu tulisanku kali ini. Ianya adalah latar dari apa yang akan kusampaikan.

Pernikahan temanku ini bertempat jauh dari tempatku tinggal. Menurut estimasi maps, akan memakan waktu sekitar 1 jam 4 menit untuk menuju kesana.

Aku berangkat kesana setelah berpikir dan membayangkan medan jalannya, waktu perjalanan, juga fakta bahwa aku bahkan tidak tahu tempanya dan aku akan berangkat bersama temanku. Kami berdua perempuan. Sudah menjadi hal yang maklum jika perempuan lebih sulit dalam membaca peta jalan bukan?

Kami memutuskan berangkat meskipun semua hal tadi akhirnya masih dalam pikiranku. Dua perempuan yang tidak tahu jalan tadi memutuskan untuk tetap berangkat.

Sejujurnya perjalanan hari kemarin adalah perjalanan pertamaku sebagai pengendara motor dengan jarak tempuh yang juga belum pernah aku lakukan. Sepanjang perjalanan aku memikirkan "ini adalah pertama kalinya aku melakukan perjalanan jauh, aku yang membawa motor, tidak tahu arah jalan, dan hanya berdua. Itu juga dengan perempuan yang berarti tidak ada yang memiliki kemampuan arah yang baik. Lengkap sudah". Selamat datang dalam definisi "NEKAD".

 Jalan yang kami lewati ternyata adalah jalan raya yang sepertinya menjadi jalan lintas utama. Aku melewati jalan itu seperti tidak ada ujung. Temanku di belakang yang bertugas melihat arah jalan dengan bantuan aplikasi dalam handphonenya.

Perasaan yang muncul ketika melewati jalan itu. Seperti tidak ada ujung dari jalan ini. Tapi aku juga tahu jika aku sekarang sedang menuju ke suatu tempat. Jadi meskipun muncul perasaan itu, tapi tetap tenang karena tahu ada tujuan di depan yang akan menjadikan jalan ini memiliki ujungnya. Setidaknya untukku. Untuk perjalanan kami kali ini.

 sumber gambar : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT_QJLh59u7a1LA1-XLKPqKDbV8KmaywBl9vNXEdmZglX_HkFui

Hidup kita juga adalah sebuah perjalanan. Yang juga sering kali terasa tiada ujungnya. Apalagi ketika berurusan dengan masalah.

Di saat seperti itu pula, beberapa orang akan tetap merasa senang karena tahu ada ujung dari hidup ini yaitu tujuan itu sendiri. Di lain situasi, beberapa orang akan merasa kehilangan semangat, harapan, merasa terlalu lelah melewati jalan itu. Menjalani hidup.

Bukankah akhir dari hidup di dunia ini adalah kematian. Dan kematian adalah hal yang pasti,

Bukankah tujuan hidup itu adalah bertemu dengan Allah. Dan Allah adalah dzat yang ghaib.

Untuk meyakini tujuan itu kita memerlukan hati. Maka hati adalah salah satu hal yang perlu kita jaga selama perjalanan itu.

Dalam Islam, amalan hati itu salah satunya adalah iman.

Apa kabar imanku hari ini?
Apa kabar imanmu hari ini?
Apa kabar iman kita hari ini?