Hari ini saya membaca sebuah nota laundry yang didalamnya terdapat beberapa poin pengumuman tertulis dari si empunya laundry. Hal ini juga biasanya ada di berbagai tempat umum atau kontrak perjanjian. Salah satu poin dari pengumuman tertulis dalam nota tersebut adalah “apabila konsumen tidak menghitung jumlah cucian maka jumlah yang kami hitung dianggap benar”. Dari semua poin dalam pengumuman tersebut, saya melihat ini sebagai usaha dari si empunya laundry untuk memperjelas posisinya. Saya mengartikannya sebagai bentuk melindungi diri jika ada kejadian yang tidak diinginkan seperti penuntutan konsumen akan kurangnya baju.

Di tempat lain, terkadang saya menemukan pemberitahuan “kehilangan bukan tanggung jawab kami”. Hari ini saya menemukan arti berbeda dari semua tulisan yang sering saya baca itu. Semua pemberitahuan itu maksudnya adalah untuk menanggulangi kejadian yang tidak diinginkan. Itu dulu yang saya juga pahami. Seperti pepatah “sedia payung sebelum hujan”, katanya.

Tapi tahukah teman-teman? Ada makna yang bisa kita pelajari disini. Bahkan dalam skala besar, ini mencerminkan cara kita bermasyarakat hingga bernegara. Semua pengumuman, aturan bahkan dalam tataran negara disebut undang-undang itu berisi tentang rincian mengenai cara semua hal itu harusnya berjalan.

Ada yang terlupa disini. Sebuah cara melindungi diri. Atau jika dibolehkan dalam bahasa sarkastik (menurut saya). Ini adalah cara melepaskan diri dari tanggung jawab dengan berlindung dibalik nama tanggung jawab pula.

Sejujurnya semua tulisan ini berawal dari satu kalimat yang saya baca.

We’ll learn together. We’ll fail together. We’ll keep trying together. (Jason) 




Saya jarang menemukan dalam sebuah transaksi, sebuah komunitas, sebuah pengajaran, atau sebuah pemerintahan, dua pihak yang saling berhubungan tidak saling melindungi diri dibalik aturan, pemberitahuan, atau undang-undang atas kekacauan, kesalahan, atau kegagalan yang terjadi.

Dalam potret transaksi, saya ambil dari satu sample tadi (laundry). Dalam potret komunitas, jarang ditemukan seorang pemimpin-anggota, atau antar divisi saling bahu-membahu belajar bersama, jika gagal, mencoba lagi bersama, tanpa perlu menyalahkan pihak lain.

Evaluasi untuk mengetahui salah ada dimana memang perlu. Tapi yang diketahui adalah salahnya. Bukan menyalahkan pihaknya.

Potret terakhir yang sampai hari ini kita masih pelihara adalah negara kita. Indonesia.

Kita cenderung berlindung dibalik pancasila, undang-undang, perppu atau sejenisnya untuk membenarkan tindakan kita dan menyalahkan pihak lain. Lalu semuanya terus bergulir hingga diakui atau tidak, kita sekarang berada di zona kritis saling serang. Mirisnya lagi adalah bukan para pemimpin yang saling serang. Bukan jenderalnya yang saling adu. Satu lawan satu. Misal ada yang tumbang. Itu hanya satu.

Hari ini, yang saling serang adalah prajuritnya. Oh ya. Saya lupa. Memang tugas prajurit ya untuk berperang. Saling serang.

Tapi kita juga harus ingat. Negara kita sudah merdeka. Tak lagi berperang. Jika memang ingin menjadikan negara kita maju. Maka yang harus kita lakukan adalah saling bekerja bersama, mencoba bersama, gagal bersama, mencoba lagi bersama. Bekerja sama untuk maju. Bukan berperang seperti sekarang.

“Banyak orang bangga ketika menjadi yang pertama. Tapi tak banyak orang yang mau memulai untuk menjadi yang pertama.”


Ps: Tulisan ini dibuat pada tanggal 30 januari 2018


sumber gambar : https://cdn.lynda.com/course/365728/365728-636190610546181732-16x9.jpg