Aku Berharap Kita Tidak Lagi Bertemu

Berbicara tentang kesuksesan, kehidupan, pencapaian, kebahagiaan, cinta, dan semua hal yang pernah aku lakukan adalah omong kosong besar. Semuanya masih menjadi omong kosong karena mereka baru dalam wujud omongan seorang anak yang secara usia sudah tua tapi tak punya apa-apa, bahkan sebuah harapan yang nyatanya adalah hal yang tidak pernah memandang pemiliknya dari segi usia, harta, atau agama. Harapan menghampiri pada semua orang tanpa memperhatikan rupa calon pemiliknya.

Harapan selalu datang padaku juga. Setiap pagi yang dipenuhi suara motor di depan gerbang kosan ini. Dia juga datang di setiap malam aku melewati jalanan dengan beberapa lagu bernyanyi sendiri di telingaku. Tapi, dia datang dalam bentuk yang tidak dapat kukenali, sepertinya begitu. Karena aku tidak pernah berhasil memegang tangannya. Begitu suara motor itu hilang, dia juga hilang. Ketika lagu yang menyanyikan dirinya sendiri di telingaku itu berhenti, harapan itu juga ikut mati.

Aku tahu, aku tak punya hak untuk marah, sedih padamu yang sedang bahagia akan pencapaian. Karena memang kau punya hak untuk merayakannya. Hasil dari kerja kerasmu.

Tapi, meski aku sadar aku tak punya hak, aku tak bisa membantu diriku untuk tidak marah, sedih, ketika melihatmu berhasil. Bukan iri atas pencapaian. Hanya saja aku marah kepada hatimu yang tak bertanya keadaanku. Aku marah pada tanganmu yang tak kembali menggandeng tanganku. Aku marah pada kakimu yang berjalan lurus dan tak berbalik sekedar melambaikan tangan padaku.

Setelah semua itu, pada akhirnya akan ada yang memberitahuku. Bahwa ini adalah salahku. Begitulah semuanya berakhir menjadi sebuah jawaban. Aku adalah orang yang salah atas apa yang terjadi.

Aku yang sudah melepasmu pergi di malam yang tidak pernah aku beritahu padamu bahwa aku akan pergi. Aku sudah melepas semua cerita yang belum selesai ini.

Aku tidak mampu lagi menyelesaikannya, dan aku yang tak mampu ini tak juga bertemu dengan orang yang mau membantu untuk menuliskan kalimat penutup cerita. Mereka datang hanya mengucapkan “ada yang bisa ku bantu?” lalu pergi lagi karena tak ada yang kukatakan pada mereka dari pertanyaan itu. Kata mereka, “orang lain tidak bisa tahu apa yang kamu butuhkan, jika kamu tidak bilang.”

Setelah mendengar orang-orang bilang begitu, aku tersenyum dan bilang pada mereka, “aku tidak tahu harus bilang apa padamu, yang bertanya ‘ada yang bisa ku bantu?’, karena aku tidak pernah tahu bagian mana yang sakit dari diriku.”, aku mengatakan itu pada mereka lewat senyum yang tidak pernah mengeluarkan kalimat itu. Akhirnya, setelah senyum itu, yang keluar adalah “it’s okay. Aku bisa menanganinya.” Hanya jawaban itu yang akhirnya keluar. Menutupi semua sakit, luka, kemarahan, kesepian yang selalu datang dan menahan kaki, tangan, dan mulut untuk meminta bantuan padamu. 
 
Photo by kemal alkan on Unsplash

Sekali lagi, selamat melanjutkan hidupmu yang baru. Aku berharap kita tidak lagi bertemu dalam cerita yang sama.

Posting Komentar

0 Komentar