“selamat menjalani hidup yang sebenarnya, untukmu”

Selamat malam untukmu. Yang pagi lalu melakukan perayaan dengan penuh senyuman pada beberapa huruf yang ditulis setelah namamu. Menjadi seorang sarjana. Ada yang bilang, itu adalah gerbang menuju kehidupan sebenarnya. Ada yang memberi ucapan, selamat menjalani hidup yang sesungguhnya. Jika begitu yang diucapkan, lalu sebelumnya apa yang kita lakukan. Apa sebelumnya itu bukan hidup.

Oh ya, itu hanya metafora. Maksudnya menjalani hidup yang sebenarnya setelah wisuda adalah tentang tanggung jawab terhadap diri sendiri secara finansial. Begitukah, teman? Arti dari ucapan “selamat menjalani hidup yang sebenarnya” yang kau ucapkan pada mereka yang merayakan gelar sarjananya pagi lalu?

Aku tidak pernah tahu apa maksud sebenarnya dari semua perkataan yang kudengar. Karena setiap harinya, maknanya berubah. Begitu juga alasan-alasan hidup, makna hidup yang ku punya. Setiap harinya berubah. Awalnya aku merasa bersalah. Aku tidak seharusnya seperti ini. Tapi, hari ini aku menyadari. Semua perubahan itu yang terjadi dalam waktu yang cepat, dalam hitungan hari, adalah hal yang harus aku terima. Aku harus hidup dengannya.

Menjadi diriku yang sekarang itu tidak pernah mudah. Tapi, jika aku terus membenci diriku yang sekarang ini. Maka apa yang akan aku bawa pada-Nya kelak? Rasa benci ini? Aku tidak ingin berakhir seperti itu. Membawa rasa benci pada diri sendiri di hari aku mendengar-Nya.

Tidak pernah mudah untuk mencintai diri sendiri, bagiku yang sudah terbiasa membenci di dua tahun ini. Tidak pernah mudah meyakinkan diri sendiri bahwa dunia ini tetap memiliki harapan dan matahari masih terbit dari barat. Tidak pernah mudah untuk mengucapkan dengan tulus “selamat wisuda” pada orang yang...ah..sudahlah.

Tapi, percayalah. Meski tidak mudah, aku tetap senang mendengar namamu wisuda. Benar-benar senang.

Oke. Mungkin memang tidak “benar-benar” senang. Hanya “senang”. 

Photo by Brian McMahon on Unsplash

Selamat wisuda untukmu. Aku turut senang kau mendapatkan gelar itu di belakang namamu.

Posting Komentar

0 Komentar