"APA KAU MENGENALKU?"

Selamat siang, Boi.

Jadi, November sudah pergi?
Desember sudah datang?


Kalender pagi ini memberi tahuku. Sekarang Desember tanggal satu. Tapi aku masih aku. Juga kamu masih kamu. Aku, Kamu belum jadi satu. Atau, setidaknya ada kalimat "aku cinta kamu" atau juga sebaliknya. "kamu cinta aku"

Aku mengajak diriku untuk menulis di bulan Desember ini tanpa selip satu haripun. Menulis di blog. Mungkin akan jadi sejenis "diari online" atau apa nanti namanya. Mungkin nanti akan ada yang baca, mungkin juga tidak. 

Tadi aku membaca satu postingan instagram bang Boy Candra (aku bener kan ya manggilnya "abang"? hehe). Katanya, "Bisa jadi sebenarnya, kamu enggak ada artinya bagi seseorang. Sadarlah, kamu yang butuh dia. Bukan dia yang butuh kamu. Jadi, saat kamu mencoba pergi, ya tak akan ada masalah"

Pas baca kalimat itu, rasanya ada tangan yang nampar langsung ke wajahku. Oke. Barusan itu hiperbolis. Apapun itu. Intinya, setelah baca kalimat itu, aku merasa dikasih kacamata baru. Cara pandang baru. Tentang kepergianku yang tidak dicari olehnya.

Siapa aku? Sebenarnya aku selalu ingin menanyakannya padanya tentang pertanyaan itu. Dan, pertanyaan itu bukan seperti pertanyaan filsuf...(oh..sebentar, aku lupa nama filsuf yang mengajukan pemikiran itu. Rene Desartes, Socrates? ah..sudahlah. Kita lanjutkan saja tanpa mengkonfirmasi siapa nama filsuf yang mengajukan itu.) 

Siapa aku? Adalah pertanyaan yang selalu ingin kutanyakan padanya. Bukan karena aku tak tahu siapa diriku. 

Percayalah, setiap harinya aku adalah aku dengan pertanyaan dan jawaban. Mungkin kemarin aku dengan pertanyaanku. Lalu hari ini aku dengan beberapa pilihan jawaban. Kemudian besok aku menemukan jawaban itu. Dan, hari berikutnya adalah aku dengan pertanyaanku yang lain lagi.

Ketika aku bertanya padamu, atau jika aku bisa bertanya padanya. Bukan jawaban yang kucari. Tapi kamu, dia yang kucari. Aku terlalu takut sendiri. Aku lelah hidup dalam sepi. 

Jadi, siapa aku? Nanti, jika Desember memberiku hari untuk bertemu dengannya, dan hari itu juga memberi aku keberanian untuk bertanya. Mungkin aku akan bertanya padanya. Siapa aku di hatimu? Jika itu terlalu berlebihan, aku akan menggantinya dengan "siapa aku di matamu?" Jika itu juga masih berlebihan, maka akan kuganti lagi menjadi "apa kau mengingatku?" Itu juga masih berlebihan? 

Baiklah, setidaknya aku ingin bertanya "apa kau mengenalku?"

Posting Komentar

0 Komentar