"IDEALIS" VS "REALISTIS"

Selamat pagi, boi...

Apa yang sedang kau lakukan sekarang? Semoga kau sedang dalam keadaan baik.

Hari ini aku mencoba untuk mengajak tubuhku bergerak. Mengajak jari-jari tanganku untuk mengetik kata lewat laptop. Mengajak kaki ini bergerak untuk membeli makanan. Mengajak mata ini untuk melihat dunia di luar kamar kos ini. Mengajak hidung ini untuk menghirup udara jalanan. 

Sudah lama sekali aku tidak mengajak tubuhku bergerak. Aku terlalu terpesona pada kecepatan pikiranku berkelana. Dan, betapa bebasnya dia bisa pergi tanpa terikat apapun. Hingga aku lupa, ada tubuhku-fisikku yang juga harus aku perhatikan. 



Di tahun 2016 atau 2017, aku pernah bertanya pada seseorang. Tentang hidup yang "idealis" atau "realistis".  Aku sendiri menganut hidup yang idealis. Itulah alasan kenapa ketika orang lain sekarang hidup di dunia nyata, bekerja, bertemu kawan, sedangkan aku hanya berkutat satu gagasan ke gagasan lainnya. Tapi,aku tetap percaya aku akan hidup di kenyataan itu dengan gagasanku. 

Berbeda dengan apa yang aku yakini. Orang yang kutanya tadi menjawabnya dengan lebih diplomatis. Katanya, "jika kita berbicara rencana, tentunya harus idealis. Tapi ketika kita menjalani hidup sebenarnya, mengeksekusi rencana tersebut, ya..kita harus realistis." 

Mendengar jawabannya, membuatku berpikir. Benar juga. Kita ini hidup di dunia nyata juga. Yang kita sentuh, yang kita makan itu juga makanan sebenarnya. Tapi, memang sulit untuk orang sepertiku yang sudah lama dan terlalu terpesona pada pikiran sendiri untuk hidup di dunia nyata.
 
Dan, yang sulit itu juga layak untuk dicoba. Yang sulit itu juga bisa dicapai. Yang aku butuhkan adalah mengajak tubuhku bergerak. Mulai memperhatikannya. Dan, perlahan menjadikan pikiran sebagai penggerak tubuhku. Bukan terjebak didalamnya. 

Selamat pagi, untukmu yang tidak pernah aku bisa pahami arti dari senyummu. 

Posting Komentar

0 Komentar