YANG ABNORMAL ITU PERILAKUNYA, BUKAN ORANGNYA

Selamat malam, boi.

Sudah bersiap untuk tidur, atau bersiap untuk memulai aktivitas? 

Apapun yang akan kamu lakukan, semoga dilancarkan diberi petunjuk terbaik cara melakukannya.  

Btw, aku menulis blog kali ini sebagai bentuk mewujudkan komitmen menulis full di bulan Desember. Ya...ada yang skip sih. Dua hari kayaknya. 

Karena udah ada yang skip itulah, aku tetap menulis untuk hari ini meskipun sekarang menunjukkan pukul 21:53 WIB. Ya...untuk beberapa orang itu kan waktu untuk tidur ya..Tapi untuk beberapa lainnya itu adalah waktu menjemput inspirasi. Aku adalah beberapa orang di kelompok kedua itu. 

Kali ini aku mau cerita tentang apa yang aku rasakan kemarin ini. Jadi, boi...Kemarin aku nonton film yang judulnya "margareta with straw". Nggak nonton secara full filmnya sih, aku nontonnya kayak orang yang gak niat gitu. Karena memang awalnya mau spoiler ke diri sendiri gitu, nih film siapa yang maen, kayak apa ceritanya. Gitu...Jadi, aku nontonnya terus skip-skip gitu. 

Sampai akhirnya aku nemu scene yang bikin shock. Dan, aku rewind untuk mastiin apa yang aku tebak dari film ini bener apa kagak. Dan, ternyata bener. Filmnya angkat isu LGBT juga. 

Awalnya aku tertarik nonton film ini karena tokoh utamanya itu diceritakan kena cerebral palsy. Ya...atas dasar background psikologi yang aku punya, aku berniat nonton film ini. Akhirnya nemu filmnya. Dan, aku nonton dengan teknik skip-skip tadi. haha.

Setelah menemukan scene soal LGBT tadi, aku masih melanjutkan nonton dengan teknik skip-skip juga. Terus...sampai akhir film. Dan, ketika nonton film ini, aku ngerasa aneh gitu. 

Berbicara LGBT-nya, aku adalah orang yang menganggap itu adalah hal yang salah. Dalam istilah psikologi, itu "abnormal". Meskipun dalam DSM V udah nggak masuk ke dalam perilaku abnormal. Tapi, sebagai mahasiswa psikologi muslim. Aku tetap menganggap LGBT itu adalah abnormalitas. 

Tapi, jika berbicara tentang orangnya. Orang dengan LGBT itu sendiri. Menurutku, kita tetap harus melihatnya sebagai manusia biasa. Tidak perlu menjauhinya karena LGBT-nya itu, atau sampai memberikan ceramah agama atau norma sosial bahwa itu salah. 

Setelah nonton film yang tadi aku cerita, dengan pendapat yang aku yakini bahwa kita tetap harus melihat dan menghargai orang dengan LGBT itu sebagai manusia biasa. Aku merasa aneh. Merasa sulit untuk berperilaku sesuai apa yang aku yakini itu. Karena memang aku juga belum pernah berinteraksi langsung dengan orang yang LGBT. 

Ternyata ketika dikasih yang baru sebatas film aja, udah bingung. Dan ngerasa ada penolakan dari dalam diriku untuk bisa berperilaku biasa aja terhadap orang dengan LGBT. 

Setelah semua keanehan yang aku rasakan setelah nonton film itu, aku tetap berpendapat bahwa jika kita bicara soal orang LGBT, kita tetapp harus humanis-melihat dan menghargai orang tersebut. Tapi, sebagai mahasiswa psikologi muslim, aku juga yakin untuk mengatakan perilaku LGBT itu  masuk "abnormalitas". 
 
Photo by Toa Heftiba on Unsplash

Karena yang masuk abnormal itu perilakunya bukan orangnya. 

Posting Komentar

0 Komentar