Selamat malam, Boi.

Tulisan kali ini dibuat di rumah ibuku. Yap, kamu benar. Aku sekarang balik kandang.

Memilih pulang ke kandang dengan semangat bisa menjadikan apa-apa yang ada di rumah ini, di desa ini sebagai konten. 

Kamu lagi lagi benar. Si melankolis plegmatis ini memutuskan untuk berani merintis kontennya sendiri.

Perjalanannya tentu saja tidak mudah. Lagipula, Boi. Di belahan bumi mana yang memberikan janji kemudahan pada sebuah perjalanan merintis karir atau merintis usaha atau memulai berkarya.

Bahkan, anak Will Smith, Angelina Jolie, Amitabh Bachan pun pasti memiliki cerita kesulitannya sendiri ketika merintis karir mereka. Tentu saja mereka berhak merasa seperti itu. Mereka kan juga manusia. Sama seperti kita. 

Dan, kali ini aku mau curhat tentang galaunya aku mau memilih branding yang mau dijadikan konten. 

 Photo by Ryoji Iwata on Unsplash

Blog ini adalah contoh betapa galaunya si melankolis plegmatis ini.

Aku udah lupa nama blog ini apa ketika pertama kali dibuat. Lalu di tahun berapa itu, aku balik lagi ke blok ini, ngubek-ngubek settingnya. Dan, nemu kalo blognya bisa diganti nama alamatnya. 

Aku coba pakai namaku. Voila, ternyata bisa, Boi.

Ketika itu menjadi salah satu moment bahagia yang masih kuingat sampai sekarang.

Lalu, entah angin apa lagi yang menyapa. Aku ganti alamat blognya jadi "Kindauthor".

Bertahan berapa bulan, dan nggak banyak postingan baru juga.

Kemarin malam, alamat blog ini diubah lagi pakai namaku.

Selain alamat blog, gaya penuturanku pun pasti kelihatan beda-beda.

Meski yang sekarang aku udah mulai nemu nyamannya dengan penuturan yang seperti di curhatanku kali ini.

Tapi, nih pasti ya, Boi. Entah besok, entah kapan. Mungkin akan ditemukan penuturan yang berbeda karena biasanya itu ngikut sama perasaan ketika nulisnya. hehe.

Well, setidaknya di blog ini aku mengijinkan diriku galau pada banyak hal.

Ngomong-ngomong, Boi. Di tahun 2022, kata galau masih ada yang pakai ya? 

Kok aku mendadak merasa ketinggalan update bahasa terkini.

Baiklah, Boi. Kita sudahi curhatan kali ini.

Mari kembali ke realita yang selalu memaksa kita untuk siap menghadapinya.

Selamat malam, Untukmu. Yang sudah berbeda cerita denganku.